Hanifan cakep Ifan cakep AA cakep Mamanie and her sons Farhan cute Farhan lucu Farhan imut

Wednesday, May 25, 2005

Yang Terbaik

“Innalillaahi wa inna ilaihi rooji’uun”

Kalimat itu sangat mudah diucapkan oleh lisan kita tapi sangat sulit bila benar-benar ikhlas keluar dari lubuk hati yang paling dalam. Kadang lisan kita dengan mudahnya berucap kalimat itu, tapi air mata tak henti-hentinya mengalir, hati tak henti-hentinya menyesali.

Saat suatu “kebahagiaan” dicabut kembali olehNya, rasanya tak rela hati ini tuk melepasnya. Karena suatu “kebahagian” itu didapat dengan usaha yang susah payah, dengan pengorbanan yang begitu besar. Egoku selalu berkata “Ini semua memang dari Allah, tapi ini kudapatkan dengan susah payah, dengan jerih payahku, maka aku berhak mempertahankan “kebahagiaan” itu”.

Segala usaha mempertahankan “kebahagiaan” telah kulakukan, namun apa kuasaku menentang Yang Maha Kuasa, apa dayaku melawan Yang Maha Berkehendak. Tapi hati ini sangat sulit untuk pasrah, sulit untuk ikhlas menerima takdir yang terjadi. Sekuat tenaga hatiku meronta, tak kan bisa mengalahkan Yang Maha Perkasa.

Dalam kesunyian aku merenung, aku selalu yakin Allah selalu memilih yang terbaik untuk makhlukNya. Allah mungkin mencabut “kebahagiaan” itu dan akan menggantinya dengan “kebahagiaan” yang lain yang lebih baik.

Seperti juga nasehat dari sahabatku :
“Siapa pun kita memang benar-benar takkan pernah bisa selamanya memiliki apa yang pernah kita raih, apakah itu materi atau pun sebatas sesuatu yang bersifat psikis, seperti kebahagiaan. Semua itu sebelumnya tidak pernah ada, lalu ada dan menjadi milik kita. Nah, yang harus kita ingat, setiap sesuatu yang awalnya tidak ada, pastilah akan berakhir kepada ketiadaan. Karena, kita juga tidak pernah membelinya kan ? Semuanya itu datang karena ada yang memberi... maka kalau Si Pemberi itu memintanya kembali, tidaklah ada hak bagi kita untuk sakit hati atau kecewa, juga sedih. Seperti kebahagiaan, itu datangnya dari Si Pencipta kebahagiaan, jika ia mengangkatnya kembali... ada dua kemungkinan, Dia tengah mencoba kita dengan "tanpa kebahagiaan" atau, dalam rangka menggantinya dengan kebahagiaan yang lain.”

Terima kasih sahabatku, kau selalu hadir dalam kekalutanku, kau bisa menepis semua gundahku, kau bisa menghadirkan senyum di wajahku.

Aku ingin mencoba tersenyum dalam keikhlasan akan takdirku dan semua cobaan yang menimpaku….
Seperti senyuman temanku yang baru seminggu ditinggal suaminya….
Seperti senyuman saudaraku yang baru kehilangan anaknya….
Seperti senyuman saudara-saudara kita yang tertimpa tsunami di Serambi Mekah sana yang telah kehilangan segalanya, suami, istri, anak, orang tua, harta benda….

Apalah artinya penderitaanku,betapa kecilnya cobaanku dibandingkan dengan mereka, betapa bodohnya aku yang telah menyia-nyiakan waktu untuk mengejar sesuatu yang bukan ditakdirkan untukku.

Ya Allah…… ampuni aku yang tak ikhlas menerima takdirMu, berikanlah kekuatan dalam menjalani cobaanMu.

Aku yakin………Kau akan selalu memberikan "yang terbaik" untuk semua makhlukMu.


Nie Troozz

0 Comments:

Post a Comment

<< Home