Hanifan cakep Ifan cakep AA cakep Mamanie and her sons Farhan cute Farhan lucu Farhan imut

Friday, June 10, 2005

Semua Karena Cinta............... (bagian II)

Semua itu Dewa lakukan karena cinta.
Semua karena cinta…………………


***

Allah sungguh Maha Pemurah. Cinta dan perhatian Dewa pada Vira sungguh besar. Dewa selalu hadir saat Vira butuhkan. Dewa selalu mengobati “sakit” Vira yang kadang-kadang masih kambuh. Sungguh …. Vira sangat berhutang budi pada Dewa. Dewa penolong hidupnya. Dewa penyelamat jiwanya. Dewa yang selalu mengisi hari-harinya dengan cinta.
Ah……..semua terjadi karena cinta……..

Cinta pula yang mendorong Vira tuk bertemu dengannya. Vira ingin bertemu dan berterima kasih pada “Dewa Penolongnya”. Dengan gaya kocaknya, Dewa berhasil mengambil hati Vira.
“Apa sich yang nggak buat kamu, Vir……” itu selalu yang diucapkan Dewa setiap Vira membutuhkan sesuatu.

Vira sangat tersanjung dengan perlakuan istimewa dari Dewa. Apapun kan dilakukan Dewa untuknya. Untaian kata-kata cinta selalu ada dalam kalimat-kalimat Dewa.

“Ach…..Dewaku……..jangan sampai aku mencintaimu melebihi cinta seorang sahabat. Karena aku tahu kau sudah berkeluarga dan aku pun menyadari keberadaan diriku yang tak berharga lagi. Aku mawas diri, aku harus tahu diri. Hingga selalu kualihkan setiap ada getaran cinta yang lain. Aku harus mempertahankan cinta ini hanya sebatas sahabat.
Semua ini kulakukan karena cinta………….”


Hingga saatnya untuk bertemu pun tiba. Vira yang belum pernah pergi ke kota Metropolitan seorang diri, agak ragu tuk memasuki terminal bis. Baru sekali ini dia memasuki terminal bis. Dengan percaya diri dia ikuti orang yang berjalan di depannya.

“Bayar apaan tukh ?” pikir Vira. “Oh…. bayar peron”.

Vira lihat uang recehan yang menggunung di depan penjaga peron.
“Berapa yach” Vira bergumam dalam hati.
Vira mengeluarkan uang seribuan karena tidak tahu berapa harga peron itu, tapi untuk bertanya agak gengsi. Ternyata uang kembaliannya banyak sekali.
“Ooh…cuman dua ratus perak…. murah amat”.

Dengan langkah tegap dia mengikuti jejak orang tadi.
“Ini masih di dalam ruangan terminal, mana pintu menuju ruang terbuka tempat bis-bis itu berada ?” hatinya terus bergumam sendirian. Akhirnya keluarlah dia dari lorong terminal itu dan terlihatlah barisan bis dengan berbagai tujuan. Legalah hatinya.

Sebelum naik bis, dia lihat barangkali ada buah tangan yang bisa dibawa untuk sahabatnya. Tak sempat dia membeli sesuatu ciri khas daerahnya, untuk sahabatnya tercinta. Tapi tak apalah, Dewa akan mengerti keterbatasan waktu yang dimilikinya. Akhirnya dia hanya membeli sedikit buah tangan, yach….daripada tidak sama sekali.

Bis AC yang Vira tumpangi ternyata masih kosong. Wah…hari sudah beranjak siang. Tapi mungkin Allah mengijinkan langkahnya. Tak lebih dari sepuluh menit, satu persatu penumpang mengisi bisnya. Alhamdulillaah………….. akhirnya Vira berangkat menyongsong cinta sahabatnya.
Semua dilakukannya karena cinta………...

Perjalanan menuju kota Metropolitan dirasakan sangat lamban. Bis rasanya hanya merayap saja di jalan toll yang baru itu. Biasanya dalam perjalanan, Vira selalu tertidur. Tapi dalam perjalanan kali ini, dia benar-benar menikmati perjalanannya. Dia sudah tak sabar ingin bertemu sang sahabat.

Akhirnya empat setengah jam perjalanan Vira lalui sudah. Metropolitan sudah ada di depan mata. Tinggal cari taksi buat sampai ke tempat tujuan.
“Eh..koq jadi deg-degan yach…..” Vira memencet nomor di telepon selularnya yang sudah sangat ia hapal di luar kepala.

“Hallo Wa, aku udah di pelataran mall nich….”.
“Dimana ? Aku dari tadi udah nunggu kamu di pelataran. Kamu pake baju apa ?” sahut Dewa dari seberang sana.
“Kalau kamu” Vira malah balik bertanya.
“Aku pake kemeja biru” jawab Dewa.
“Aku……………” Vira malah bingung menyebutkan warna bajunya, karena dari kejauhan ada seorang lelaki muda menghampiri dirinya sambil memegang ponsel.
“Ini kali Dewa yach………” gumam Vira dalam hati.

Lelaki itu tersenyum, memasukkan ponsel ke sakunya, dan mengulurkan tangannya.
“Finally……………Vir, akhirnya ketemu juga” sapa Dewa.
Vira yang jadi kikuk mengulurkan tangannya, dan hanya bisa tersenyum tanpa bisa berkata apa-apa. Vira menarik nafas panjang untuk meredakan gejolak hatinya.

Dewa………. Ups….Vira jadi terpesona. Apa benar dia Dewa ?
Perawakannya yang sedang, terbalut kemeja biru, membuat kulitnya yang putih bersih itu makin terlihat menawan. Senyumnya………amboi….menampakkan sederetan gigi yang putih dengan kumis tipis di atas bibirnya. Hidung mancung, mata yang besar dengan bulu mata panjang. Ah….alangkah sempurnanya. Semua itu mengingatkan Vira pada sang kekasih yang telah pergi meninggalkannya.

“Apakah Dewa dikirim Allah tuk menjadi pengganti kekasihku ?” hanya hati Vira yang terus berkicau, sedang mulutnya seperti terkunci rapat. Hanya senyum yang nampak di bibir Vira. Dia masih merasa tak percaya kini telah benar-benar di hadapan sahabat yang selalu dirindukannya.Tapi Vira langsung menghalau suara hatinya. Dia pulihkan hati dan menyadari kalau Dewa telah berkeluarga dan tidak mungkin dia miliki.
Ah…Dewa…seandainya……..

“Kamu pasti belum makan ?” suara Dewa menyadarkan lamunannya.
“Eh…oh… gak lapar …., kamu lapar ?” jawab Vira.
“Aku sengaja nunggu kamu untuk makan bareng” Ah…Dewa kamu baik banget.
“Aku pengen sholat dulu Wa….”
“Ayo…aku antar……..”
Berjalan beriringan dengan Dewa, membuat Vira serasa sedang jatuh cinta.
Yach………… Semua karena cinta dech……..

(masih ada lagi nich sambungannya……)


Nie Troozz

0 Comments:

Post a Comment

<< Home