Hanifan cakep Ifan cakep AA cakep Mamanie and her sons Farhan cute Farhan lucu Farhan imut

Friday, July 08, 2005

Korban-korban Keegoisan

“Apa ? Tamara Bleszynski mau bercerai juga ? Duh….. jangan dong…..
Dia kan artis favoritku. Apalagi semenjak sinetron religius yang dibintanginya selalu menghiasi bulan Ramadhan, aku makin kagum padanya. Dia sepertinya seseorang yang sabar dan pasrah pada kehidupan. Sepahit apapun yang dialaminya”.

“Yee… itu kan cuman tuntutan peran, aslinya mana kita tau….”.

Sahut menyahut seputar gosip perceraian artis biasa terdengar di kantorku. Hm…entah sudah berapa puluh artis yang cerai dengan mudahnya. Kawin lagi, cerai lagi. Apa mereka tidak tahu dampak keegoisan mereka dari perceraian itu. Anak, ya kondisi psikis anak, itu salah satu yang harus dipertimbangkan orang tua.

Aku jadi teringat cerita temanku.

“Mau ikut mama atau ikut papa ?” suara seorang ibu terdengar menggelegar bagai guntur di siang hari. Sang anak yang baru pulang sekolah, sepatu pun belum sempat dilepas, benar-benar terperanjat dengan pertanyaan ibunya. Benar-benar tak diduga akan ada pertanyaan seperti itu. Sang ibu tidak peduli apa yang dirasakan anaknya. Dia tetap mengemasi pakaiannya sambil berlinangan air mata.

Memang setiap hari selalu terdengar perang mulut di rumah itu. Berkali-kali sang ibu marah yang sangat meledak-ledak. Tak tahu lagi apa yang harus diperbuat. Sang anak pun yang tidak tahu persoalan sebenarnya, mulai gerah dengan keadaan keluarganya.

Kadang di sekolah, sang anak sering ditegur guru karena memperhatikan pelajaran dengan tatapan mata kosong. Hingga nilai-nilainya turun drastis. Sepulang sekolah sang anak jadi malas pulang ke rumah. Dia keluyuran tak tahu arah tujuan. Dia menjadi tidak percaya diri, cepat marah, cepat tersinggung, dan selalu mencari perhatian orang lain.

Banyak sekali korban-korban keegoisan orang tua yang lebih parah. Anak akan mengalami inferiority complex, malu, minder, merasa dikucilkan oleh lingkungan. Rasanya tak ada lagi orang tua yang memperhatikan dirinya, tak ada lagi orang tua untuk menggantungkan hidupnya.

Sangatlah berat bagi anak untuk menentukan dia harus ikut siapa, ayah atau ibunya. Karena semua anak pasti ingin keduanya ada untuk melengkapi hidupnya.

Ada anak yang lari ke minuman-minuman keras, narkoba, dan semua yang bisa membuat sang anak mabuk hingga bisa melupakan kesedihannya. Setelah sadar dia akan kembali merasakan kehampaan hidupnya, dan akan lari lagi ke narkoba itu, karena dalam keadaan mabuklah dia mendapat ketentraman. Lama kelamaan menjadi ketagihan, dan jika tidak mempunyai uang untuk membeli minuman dan obat-obatan itu, dia akan melakukan tindak kriminal kecil-kecilan.

Ada anak gadis yang lari pada kekasihnya sebagai tempat curhatnya. Andai sang kekasih orang yang beriman, tentu amanlah dia. Tapi seandainya sang kekasih memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan ini, dia akan meraih gadis itu dalam pelukannya. Terjadilah prostitusi. Astaghfirullah….

Ada pula yang merasa tak ada gunanya lagi hidup, dengan memperpendek umurnya. Berjalan di atas rel kereta api menyongsong datangnya sang kereta, memotong urat nadi dengan sebilah pisau, ataupun menenggak racun serangga.

Sungguh, sangatlah mengerikan korban-korban keegoisan orang tua itu. Anak-anak yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya, harus berlari mencari dunianya sendiri. Anak-anak yang sangat membutuhkan cinta orang tuanya, harus terseok-seok mencari cinta dari dunia lain yang pasti tidak akan sehangat dan seikhlas orang tuanya.
Anak-anak sangat mengharapkan cinta itu dari orang tuanya, pasti.

Nie Troozz

0 Comments:

Post a Comment

<< Home