Hanifan cakep Ifan cakep AA cakep Mamanie and her sons Farhan cute Farhan lucu Farhan imut

Monday, June 27, 2005

Sebening Mata Air di Surga (bagian-I)

“Assalaamu ‘alaikum ”

Beberapa orang pemuda terlihat bergerombol di depan rumah Riri. Pemuda yang tampak rapi dan sopan, tersenyum manis saat Riri bukakan pintu.
“Wa ‘alaikum salam, silakan masuk, Kang”, jawab Riri dengan sedikit terheran-heran. Tidak biasanya ada pemuda yang bertamu ke rumah Riri.

Salah seorang pemuda mengulurkan tangannya. “Denys……..”.
Riri pun membalas uluran tangannya “Riri……”.
Satu persatu pemuda yang lainnya pun mengulurkan tangannya.
“Silakan duduk”, Riri pun mempersilakan duduk dengan ramah.

“Gini Teh…….” Denys memulai pembicaraan.

“Ih, manggil Teteh, emang Riri keliatan tua gitu”, gumam Riri dalam hati.

“Kami mau mengajak Teteh untuk bergabung di Ikatan Remaja Mesjid kita ini. Nanti malam akan ada pertemuan untuk pemantapan program kerja kita. Saya harap Teteh bisa bantu kami dan bergabung dengan Ikatan Remaja Mesjid kita ini. Bisa kan Teh….” kata Denys dengan penuh harap.

Memang saat itu, lima belas tahun yang lalu, remaja yang berjilbab masih sangat langka. Jadi pada saat ada seseorang yang berjilbab disangkanya punya ilmu agama yang lebih. Padahal waktu itu, Riri pun baru “berhijrah”. Masih banyak hal yang Riri belum tahu. Masih banyak ilmu yang harus Riri pelajari.

“Bodoh kamu Ri, ya ikut aja. Kan kalau bergabung di remaja mesjid kamu bisa menimba ilmu sebanyak-banyaknya, juga bisa banyak teman” suara hati Riri menasehati Riri yang agak bimbang.

Riri memang gadis yang kuper, minder dan rendah diri, karena keadaan keluarganya yang serba kekurangan. Karena dalam bergaul, anak-anak muda sekarang pasti membutuhkan banyak uang, setiap acara berganti-ganti pakaian yang modis-modis, bercerita tentang nikmatnya makanan-makanan “fast food” dan seabreg cerita teman-temannya yang selalu berlibur ke tempat-tempat yang menyenangkan. Akhirnya Riri merasa rendah diri dan selalu menutup diri dari pergaulan teman-teman sebayanya, karena orang tua Riri tak akan mampu memenuhi kebutuhannya jika ia menjadi “anak gaul”.

“Tapi ini remaja mesjid Ri, mereka pasti sholeh-sholeh dan sederhana” suara hati Riri kembali berbisik.

“Bismillaahirrahmaanirrahiim…..”, dibulatkanlah tekadnya untuk bergabung di remaja mesjid ini.

“Insya Allah Kang. Tapi saya hanya bisa membantu sekedarnya saja, saya nggak punya kemampuan apa-apa. Apalagi soal agama, saya minim banget. Saya juga masih harus belajar banyak, Kang. “
“Nggak apa-apa Teh, yang penting kesediaan Teteh buat bergabung itu yang sangat kami harapkan. Kita juga lagi sama-sama belajar. Ditunggu nanti malam selepas Isya ya Teh. Assalaamu ‘alaikum…….”.
Denys dan teman-temannya pun pamit dan meninggalkan rumah Riri.

Denys, hm….. boleh juga. Pikiran nakal Riri mulai muncul. Ya menyelam sambil minum air, beribadah sambil cuci mata. Daaaassssssaaaaarrr Riri……..
Riri memang sudah berhijrah, mengenakan jilbab, aktif di DKM sekolahan, tapi kalau melihat cowoq cakep tetap saja matanya melotot kegirangan. Wajar nggak seeeeeehh….!!!

Selepas Isya, Riri melihat beberapa remaja berkumpul di teras mesjid. Riri celingukan karena tak seorang pun Riri kenali. Tiba-tiba sosok Denys muncul mengagetkan Riri.
“Makasih ya Teteh mau datang…” Riri hanya bisa tersenyum sambil menganggukkan kepala membalas ucapan terima kasihnya.

Acara pun dimulai. Denys sebagai Ketua Ikatan Remaja Mesjid membuka acara. Riri memperhatikan dan menatap dia sangat dalam.

“Hm….. sungguh berkharisma. Perawakannya nggak tinggi-tinggi amat, mungkin sepantaran aku. Kulit hitam manis terbalut pakaian yang selalu disetrika rapi. Mata yang besar dengan bulu mata panjang dan lentik, kayak ceweq”, pikir Riri.

“Hidung bangir dan bibir tipis melengkapi wajahnya yang lonjong. Dan itu tuh…rambutnya, alamaaak….. sepertinya tak berubah-berubah walaupun ada angin berhembus, rapi cing…”.

Riri mengamati kertas yang baru saja dibagikan. Daftar Susunan Pengurus Ikatan Remaja Mesjid, Ketua : Denys Andria Garana Noor Fitriana.

“Wow……panjang banget namanya. Orangnya kecil koq namanya panjang banget. Ih…koq usil, gak pa pa lagi, yang penting keren, jadi nambah semangat ke mesjid nih. Denys pun orangnya nggak alim-alim banget, cuek, funky gitu lho…..”, hati Riri sibuk menilai penampilan Denys.

“Teh Riri bisa bantu di Seksi Acara yah ?” suara Denys memecah lamunan Riri.
“Eh…ah… Iya, boleh Kang” jawab Riri gelagapan.
“Sebentar lagi kan Isra Mi’raj, mungkin acara itu yang kita prioritaskan. Nanti Teh Riri bantu Kang Yayan aja”.
“Insya Allah Kang”, jawab Riri, padahal dalam hatinya bergumam, “Siap bos keren………”.

Sejak itu setiap hari Riri jadi rajin sholat ke mesjid. Maghrib sampai Isya selalu berjamaah di mesjid. Aduuuhh… tapi Riri takut ibadahnya ini jadi tidak ikhlas karena Allah.
“Ya Allah, mohon diluruskan hati ini agar niat Riri ke mesjid ini bernilai ibadah di hadapanMu”.

Beberapa hari kemudian, Denys menghampiri Riri, “Teh Riri, mau nggak ngajarin anak-anak belajar Iqro di sini. Kayaknya kita kekurangan tenaga pengajar nih”.
“Maaf Kang…….. Kalau ngajar saya belum berani, nanti salah ngajarin tanggung jawabnya kan dunia akhirat” sahut Riri ketakutan.
“Nggak usah takut Teh, Teteh ngajarin anak TK aja, Iqro satu gitu, mau khan. Kasihan tuh Teh Lia kewalahan ngajar anak TK yang banyak banget dan nggak bisa diem.”

“Ambil kesempatan ini Ri…..ladang amal nih…..” hati Riri mensupport.

“Iya deh Kang, tapi bantu Riri yaaa…” akhirnya Riri pun menyanggupinya.


(bersambung)

Nie Troozz

1 Comments:

At 8:51 AM, Blogger Ryu Tri said...

whoaaah.....ada apa dengan riri dan denys??? apa yang akan terjadi dengan riri dan denys slanjutnya...gubrak...baca cerpennya kaya ada yg manggil ryu tyus hehehhehheheh......kerrrrrreeen euy

 

Post a Comment

<< Home