Hanifan cakep Ifan cakep AA cakep Mamanie and her sons Farhan cute Farhan lucu Farhan imut

Wednesday, June 22, 2005

Menjalankan Kewajiban Dengan Ikhlas

Sebagai anak sulung, sejak kecil aku sudah dibebani berbagai pekerjaan rumah tangga. Mencuci, menyetrika, menyapu, mengepel lantai, dan semua pekerjaan rumah tangga lainnya. Terkadang gelas pecah saat mencuci piring, atau memasak nasi hingga gosong akibat ketiduran karena kelelahan sepulang sekolah, membuat ibuku marah dan keluarlah kata-kata yang menyakitkan hati. Tapi itu kuanggap didikan ibu yang akan menjadikan anaknya disiplin di kemudian hari. Tapi semua itu kulakukan tidak dengan ikhlas, hanya karena tak ingin dimarahi saja.

Di saat teman-teman sebayaku asyik bermain, aku harus menjaga adikku yang masih kecil-kecil. Aku benar-benar kehilangan saat-saat bermainku. Hingga aku tumbuh menjadi orang yang kurang bersosialisasi.

Saat menginjak remaja, satu-satunya cara agar aku bisa bermain adalah membohongi ibu. Sepulang sekolah aku katakan ada tugas kelompok, yang mengharuskan semua anggota kelompok hadir. Padahal aku hanya bermain di rumah temanku atau sekedar mejeng di Mall.

Sungguh…..saat itu aku tidak pernah merasa berdosa membohongi ibu, karena aku merasa aku juga punya hak untuk bermain. Tapi aku tetap bermain dalam hal-hal yang positif.

Saat ini, dua jagoanku pun beranjak remaja. Aku tak ingin mereka tumbuh seperti diriku dulu. Mereka harus menikmati masa kanak-kanaknya, masa bermainnya sepuas hatinya. Jangan sampai mereka harus berbohong seperti ibunya dulu. Anak punya hak, jangan hanya dibebani kewajiban saja.

Hak anak untuk bermain. Ya, sekarang aku bebaskan mereka bermain. Tapi dengan satu syarat, prestasi di sekolah harus tetap dipertahankan. Saat prestasinya turun, aku kurangi jatah mainnya. Dan pada saat mereka memperlihatkan prestasi gemilang, aku tak kan pelit tuk memberikan hadiah berupa pujian ataupun kesempatan bermain sepuas-puasnya.

Hak untuk meminta sesuatu pada orang tuanya. Aku upayakan setiap ada permintaan dari mereka harus dengan syarat. Syaratnya entah itu harus nilai bagus, hapal satu surat dalam Al-Quran, atau harus menabung dulu. Pokoknya tidak ada permintaan yang begitu saja aku penuhi. Meskipun aku mampu membelikannya, tapi jika ingin membeli sesuatu mereka harus menabung dulu, jika uang tabungannya kurang untuk membeli sesuatu, baru aku akan menambahi.

Aku tidak pernah membebani mereka dengan kewajiban membantu pekerjaan rumah tanggaku. Aku ingin mereka akan membantuku dengan ikhlas tanpa dipaksa.

Hingga pada suatu hari melihat aku sibuk membereskan rumah seorang diri,
“Ma….Aa boleh cuci piring ?”
Duh,…tak terasa mata ini berkaca-kaca. Anak sekecil itu sudah menyadari kewajibannya membantu orang tua.
“Ade juga mau nyikat lantai teras ama bersihin kaca……boleh ya Maaaaaaaa…..”.
Aku tak dapat menjawab pertanyaannya. Hanya haru yang menyesakkan dada ini.

Nie Troozz

1 Comments:

At 12:24 PM, Blogger Ryu Tri said...

hiks..jdi inget bunda:) jdi inget dulu wktu jaman kecil bantuin bunda, iya yah teh, smuanya dilakukan harus ikhlas....hmm..makasiy ya teh atas pembelajarannya, kelak klo ryu dah punya jagoan, ry akan mmperlakukan mereka sprti yg teh nie lakukan...mohon doanya biar cpt ada yg khitbah :)

 

Post a Comment

<< Home