Hanifan cakep Ifan cakep AA cakep Mamanie and her sons Farhan cute Farhan lucu Farhan imut

Wednesday, June 15, 2005

Menantang Ombak

Image hosted by Photobucket.com
Hampir setiap tahun kami selalu berlibur ke Pangandaran. Pangandaran adalah salah satu pantai terindah di daerah Jawa Barat. Perjalanan menuju ke sana pun menurut kami adalah yang termudah dan termurah dibanding menuju pantai lain misalnya Pantai Pelabuhan Ratu, Pantai Anyer atau pantai lainnya.

Terkadang pada waktu lebaran, saat setiap orang mudik ke kampung halamannya masing-masing, kami malah menghabiskan liburan lebaran di Pangandaran. Soalnya kami tidak punya kampung halaman.

Ada satu pengalaman yang tak akan mungkin aku lupakan hingga detik ini. Saat itu kami sedang bermain ombak di tepi pantai. Pada saat air laut surut, kita berlari ke tengah laut seperti menantang datangnya ombak. Kemudian setelah ombak datang, kita pun berlari secepat mungkin menuju pantai, saling berkejaran dengan ombak.

Pada saat ombak kecil kita tetap bersuka ria. Yang berlari mendahului ombak adalah pemenangnya. Dan yang kalah, akan tergulung oleh ombak. Kita hanya bisa tertawa terbahak-bahak melihat orang yang tergulung ombak. Demikian juga orang yang tergulung ombaknya pun ikut tertawa ceria.

Makin lama aku makin jauh ke tengah laut. Tiba-tiba ombak besar datang, sangat besar. Aku berlari sekuat tenaga menuju pantai. Tapi lariku kalah cepat dari ombak. Aku tergulung ombak besar itu. Aku berusaha melawan ombak itu, tapi berpijak pun aku tak mampu. Aku terus tergulung dalam ombak dan terombang-ambing ke sana kemari. Aku berusaha menuju tepian pantai, tapi kakiku belum mampu menginjak pasir di pantai. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Aku pasrah dan hanya bisa berdo'a kepada Allah, mohon keselamatan. Berdo’a dan terus berdo’a.

Seperti biasa jika sudah mencapai pantai, ombak akan kembali ke tengah lautan. Ternyata aku baru menyadari ombak itu membawa serta celanaku !!!!! Ya…celanaku terlepas dan tertarik oleh ombak itu. Aku berusaha mempertahankan celanaku, tapi tarikan ombak sangat besar. Akhirnya celanaku terlepas semua, tapi jari kakiku masih bisa mempertahankannya hingga tidak terbawa oleh ombak. Untung saat itu aku memakai celana street yang ada kaitan sampai telapak kaki, sehingga jari kakiku dapat menahannya. Tapi aku tak kuasa tuk berdiri. Aku mempertahankan posisiku agar air menutupi sampai ke pinggangku. Duh…. Malunya aku……..

Orang-orang malah menertawakan aku, bukannya menolongku. Kemudian suamiku menolongku dan meraih celanaku. Aku pakai celanaku dan langsung berlari meninggalkan pantai menuju ke penginapan. Sungguh pengalaman yang tak dapat aku lupakan hingga sekarang. Malu, takut dan segudang perasaan lain yang ada di hatiku.

Tapi saat ini aku merenung, semua itu tak ubahnya sebuah kehidupan. Kehidupan laksana laut, yang kadang tenang tanpa gelombang. Tapi laut tak selamanya tenang. Akan ada riak-riak kecil, ombak kecil, ombak besar, bahkan hujan badai.

Pada saat riak-riak kecil kehidupan, kita dapat mengatasinya dengan mudah. Begitu pula jika hanya ombak kecil yang datang, kita masih bisa mengatasinya bahkan masih bisa menjalani kehidupan ini dengan tertawa ceria. Namun saat ombak besar dalam kehidupan datang, kita tak kuasa mengatasinya. Kita berjuang mengatasi ombak besar itu dengan segenap kemampuan yang ada dan hanya bisa pasrah dan berdo'a kepada Allah. Allahlah yang akan menolong kita. Mungkin orang lain di luar sana hanya bisa menertawakan kita. Akan hanya ada sedikit orang yang peduli kita.

Maka hanya kepada Allahlah kita memohon pertolongan. Dan pertolongan Allah itu akan datang bagi orang yang benar-benar meyakininya.


Nie Troozz

0 Comments:

Post a Comment

<< Home