Hanifan cakep Ifan cakep AA cakep Mamanie and her sons Farhan cute Farhan lucu Farhan imut

Tuesday, August 16, 2005

Dendam Membawa Luka (bagian I)

Pekarangan rumah yang nampak asri, sangat memikat hati saat memasukinya. Suasana pekarangan itu biasanya menunjukkan pula suasana hati pemiliknya. Dipenuhi bunga-bunga nan indah berwarna-warni, menandakan suatu keceriaan yang tak pernah berhenti.

Pintu rumah pun tak berapa lama langsung terbuka ketika kuketuk. Senyum ramah Mbak yang satu ini, selalu terpancar dari wajahnya.

Mbak Asti sang pemilik rumah, selalu terlihat tegar di tengah duka kehidupannya. Dia yang selalu tersenyum dan mengulurkan kedua tangannya jika ada orang yang datang membutuhkan pertolongannya.

“Wah…. Ada angin apa nih yang bawa kamu kemari….” sapanya ramah.

Aku pun tersenyum, hambar.

“Senyum kamu jelek Nie, pasti sedang ada sesuatu.”

“Ya ampun, tau aja Mbak ini kalau aku sedang gak enak hati,” bisik hatiku.

“Gak Mbak, gak apa-apa cuman lagi gak enak aja ama seseorang. Makanya cari angin segar ke sini. Siapa tau ada seteguk pencerahan yang kudapat di sini.”

“Kamu tuh ya sensitif banget kalo jadi orang. Udah lupain aja yang udah lalu itu. Pasrahkan semua sama Yang Di Atas, Allahlah yang akan membalasnya, bukan kamu. Janganlah jadi pendendam” sentilan halus Mbak Asti memancingku untuk bercerita.

“Memang aku ini pendendam Mbak. Jika orang berbuat baik padaku, aku akan berbuat lebih baik lagi padanya. Tapi jika orang berbuat jahat padaku, aku akan lebih jahat lagi padanya. Aku berusaha membalas semua kebaikan orang dengan sepenuh hatiku, semaksimal kemampuanku. Tapi aku bakal sangat terluka jika orang itu telah menyakitiku, apalagi sampai mengkhianatiku”.

“Sifat kamu tuh harus diubah Nie. Dari satu sisi kamu memang baik, membalas kebaikan orang lain dengan semaksimal mungkin, dengan tulus. Tapi sangat salah jika kejahatan pun kamu balas juga. Kamu tidak berhak membalas kejahatan itu. Biarlah orang lain mendzalimi kita, kita tidak usah membalasnya. Allah itu Maha Adil, Nie. Allah pasti akan membalas orang yang jahat sama kamu. Makanya serahkan saja semuanya pada Allah. Biar Allah yang menyelesaikannya. Kamu akan capek sendiri jika berusaha membalas kejahatan orang. Jika kamu tidak berhasil membalasnya, kamu akan tambah sakit hati, dan malah kamu yang menjadi berdosa. Berdo’alah, doa orang yang terdzalimi itu akan dikabulkan Allah,” kata demi kata itu mengalir deras dari bibirnya.

Tak terasa mataku berkaca-kaca. Aku tidak menceritakan hal yang sebenarnya pada Mbak Asti. Tapi dia seperti bisa membaca pikiranku.

“Aku pernah disakiti orang lebih dari kamu. Ah… kamu itu gak ada seujung kuku penderitaanku. Tapi kamu lihat, apakah aku balas dendam sama orang yang menyakiti aku itu ? Sama sekali aku gak membalasnya, aku hanya pasrah apapun yang terjadi pada diriku. Hanya pasrah……… aku yakin karma itu ada. Aku yakin Allah Maha Adil. Semua serahkan saja pada Yang di Atas. Kita sebagai manusia hanya dapat memohon semoga kita dapat diberikan petunjuk olehNya,” dengan berapi-api Mbak Asti meyakinkan diriku.


(mau tau cerita kehidupan Mbak Asti ? tunggu dech kelanjutannya...)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home