Hanifan cakep Ifan cakep AA cakep Mamanie and her sons Farhan cute Farhan lucu Farhan imut

Wednesday, July 27, 2005

Sabar

“Sabar……sabar……..sabar……..”

Itulah yang diucapkan sahabatku semalam.
Sabar……….
Menurut penilaianku, aku termasuk orang yang sabar. Apa aku kurang sabar ? Apa menurut penilaian Allah aku masih kurang sabar ?

Kurenungi kata itu semalaman. Kuingat-ingat terakhir kali aku sabar. Banyak orang bilang bahwa aku sekarang gampang marah, gampang tersinggung dan…ya itu….tidak sabar. Selalu dan selalu merasa diri ini benar.
“Aku udah sabar koq, tapi sabar itu kan ada batasnya.”
Tapi sahabatku itu tetap mengatakan aku harus sabar.

Pukul empat pagi kubuka mata ini. Masih terasa berat. Namun aku harus melepas suamiku yang akan bertugas ke luar kota, subuh tadi. Terasa berat dan merasa kesal karena sering ditinggal suami ke luar kota. Tapi ingat kata-kata sahabatku,”sabar….”
Wajah ini yang biasanya cemberut melepas kepergiaannya, kuusahakan tersenyum semanis mungkin. Satu kecupan hangat pun mendarat di keningku…… buah dari “sabar” yang pertama.

Kesal dan marah pada suami rasanya hilang, berganti dengan rasa syukur, bahwa aku masih memiliki suami. Orang lain ada yang telah ditinggalkan suaminya atau bahkan belum memiliki suami sampai sekarang.


Setelah suami pergi ke luar kota, biasanya aku beres-beres rumah sendirian sambil merengut. Semua harus kukerjakan sendiri. Padahal aku harus pergi kerja pagi-pagi sekali. Sekali lagi aku ingat kata-kata sahabatku “sabar”. Kubangunkan anak-anakku, kusuruh mandi, berpakaian dan sarapan. Mereka yang biasanya sulit sekali dibangunkan dan mandi, subuh tadi dengan mudahnya mereka melakukan semuanya. Pergi sekolah dengan senyuman…… buah dari “sabar” yang kedua.

Alhamdulillah …… Aku memiliki dua anak yang sholeh. Masih banyak saudara-saudaraku yang belum dipercaya Allah mendapat amanah yang begitu besar ini.


Seperti biasa aku berebut mengejar angkot bersama dengan bapak-bapak, anak-anak sekolah, ibu-ibu yang pulang dari pasar, dan sebagainya. Saling sikut, saling dorong, yang penting berhasil mendapat tempat duduk yang nyaman. Program hari ini kan “sabar”….. aku pun mengalah pada seorang ibu untuk naik lebih dulu. Biarlah aku naik angkot yang berikutnya. Aku pun mundur dan mencari angkot berikutnya. Tiba-tiba ibu itu turun lagi dari angkot.
“Wah.... rezeki nich,” pikirku. Apakah ini buah kesabaranku yang ketiga ?

Kulirik sedan merah di sebelah angkotku, duh….. nyaman banget. Eit…jangan melihat ke atas, alhamdulillah….. aku masih punya ongkos untuk naik angkot. Coba lihat yang berdesak-desakan naik bis kota supaya irit ongkosnya. Atau yang berpeluh berjalan kaki di trotoar karena tak ada uang di sakunya. Bersyukurlah………


Sampai di kantor tugas sisa kemarin telah menanti. Tugas rekan kerja yang tidak bertanggung jawab dibebankan kepadaku. Kemarin aku sempat marah-marah tak karuan. Tapi aku jadi rugi dua kali. Tugas tetap aku kerjakan dan aku kehabisan energi buat marah-marah.

Hari ini kumencoba “sabar”. Melaksanakan tugas dengan tersenyum. Melihat ke sekeliling. Begitu banyak orang yang tidak mendapat kesempatan mempunyai pekerjaan yang layak seperti aku. Tukang parkir di halaman kantor, tukang sol sepatu di trotoar belakang, tukang kue yang menggelar makanan di gerbang depan. Berapa penghasilan yang bisa dibawa pulang ke rumah untuk mengepulkan asap dapurnya ? Berapa lama mereka bisa mengumpulkan uang untuk sekolah anaknya ?
Alhamdulillah…….. aku lebih beruntung dari mereka.

Itu baru yang aku alami sejak pukul empat subuh hingga pukul tujuh pagi ini. Coba semua hal itu dialami setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, selama bertahun-tahun. Semua yang disikapi dengan “sabar” membuahkan sesuatu yang menjadikan kita lebih bersyukur dan terus menerus menghitung nikmat yang Allah berikan.

Lalu nikmat yang mana lagi yang engkau dustakan ?

Nie Troozz

2 Comments:

At 8:29 AM, Blogger Ida Latifa Hanum said...

Sabar memang harus dilatih ya Mbak... Kalau sabar ada batasnya, berarti namanya bukan sabar lagi ya :-)

Semoga Mbak Nie selalu selalu diberi "sabar" untuk menjadi istri dan bunda yang sabar...(waduh, bicaraku kyk orang yang udah nikah aja ya Mbak...)

 
At 9:47 AM, Blogger Nie Troozz said...

Yup betul sekali Num.....

Susah sekali buat sabar itu...selalu banyak godaannya.

Makasih atas do'anya.....

 

Post a Comment

<< Home