Hanifan cakep Ifan cakep AA cakep Mamanie and her sons Farhan cute Farhan lucu Farhan imut

Tuesday, July 26, 2005

Menghisab Diri

Saat seseorang datang mencurahkan isi hatinya padaku, dengan begitu mudahnya lisan ini memberikan nasehat-nasehat. Aku bisa dengan mudahnya memberikan solusi atas semua permasalahan yang dihadapinya. Kata-kata indah untuk menyejukkan hati mengalir deras dari bibirku.Untaian kata-kataku itu kadang bisa membuat orang lain bisa tersenyum, bisa bangkit lagi, bisa "hidup" lagi.

Namun di saat diriku sendiri tengah terpuruk dalam kegalauan, aku tidak bisa menolong diriku sendiri. Aku terpuruk makin dalam. Terseok-seok langkahku untuk bangkit lagi. Hampir putus asa diri ini untuk "kembali".

Memang lisan ini sangat mudah untuk menilai orang lain.
Seperti kata pepatah "Semut di tengah lautan tampak jelas, tapi gajah di pelupuk mata tidak kelihatan".


"Eh.... si A itu musyrik lho, dia kan percaya banget sama paranormal....."

Tapi apakah aku ini yang mengaku beriman, sudah percaya bahwa hanya Allahlah penolongku ? Kadang malah berterima kasih yang berlebihan pada bos yang menggajiku, pada dosen yang memberi nilai bagus untukku, pada orang yang tulus membantuku, malah kadang sombong bahwa semua itu adalah hasil kerja kerasku.
Lupakah jika semua itu karunia Allah semata ?


"Kamu tau gak, Si B kan gak pernah sholat..............."

Apakah aku ini sudah betul sholatnya ? Sudah fasihkah bacaan-bacaan sholatku ? Apakah aku ini selalu tepat waktu jika menunaikan kewajiban yang satu itu ? Apakah tak ada riya dalam hatiku pada saat melakukannya ?


"Ibu yang di ujung jalan itu, pelitnya minta ampun..........."

Tapi apakah hartaku juga sudah bersih dari hak orang lain ? Apakah aku tetap bisa bahagia di saat orang lain menderita ? Apakah aku masih bisa tidur nyenyak sementara orang lain tak bisa tidur karena menahan lapar ?


"Aku gak suka lho sama orang itu. Dia tuh suka ngomongin orang lain ...bla...bla...bla..."

Lha... apakah aku tidak menyadari bahwa aku pun membicarakan orang lain. Menggunjing perbuatan orang lain, yang sama nilainya dengan memakan bangkai saudaraku sendiri ? Astaghfirullaah....

Duh..... begitu mudahnya lisan ini menilai orang lain. Sedangkan serentetan pertanyaan selalu membayangi setiap kata yang keluar dari bibir kita. Serentetan hisab nanti yang entah berapa panjangnya, yang entah berapa pertanyaan yang akan menyerang kita di alam sana.

Jadi benarlah bahwa "Berkatalah yang baik, atau lebih baik diam".
Mungkin setiap kata yang keluar dari bibir kita harus benar-benar terseleksi, agar tak ada rentetan pertanyaan yang akan menyerang kita di alam yang kekal abadi di sana..... Nanti.....

Nie Troozz

0 Comments:

Post a Comment

<< Home